Saatnya Guru Menulis
Menulis adalah melahirkan pikiran
atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis
berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud
hati penulis bisa diketahui banyak orang melalui tulisan yang dituliskan. Kemampuan
seseorang dalam menuangkan isi hatinya ke dalam sebuah tulisan sangatlah
berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu atau
kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain. Namun, satu hal
yang penting bahwa terkait dengan aktivitas menulis, seorang penulis harus
memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya.(KBBI)
Guru
merupakan jabatan profesi .guru profesional adalah kemampuan seorang guru untuk
melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang pendidik dan pengajar yang meliputi
kemampuan dalam merencanakan, menjalankan, dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Menulis merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka meningkatkan kemampuan tersebut.
Saat ini
masih banyak guru belum terbiasa menulis,diakui atau tidak, kondisi ini patut direnungkan sebagai introspeksi diri.
Apabila diamati rekan-rekan guru di sekeliling kita. Berapa banyak guru kita
yang membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri sebagai tugas utama
guru. Berapa buku-buku di perpustakaan atau di toko-toko buku yang disusun oleh
guru. Di surat kabar,berapa banyak artikel yang ditulis oleh para guru.
Profesor
Burhan Nurgiantoro,dosen pascasarjana UNY dalam acara Pelatihan Penulisan Karya
Tulis Ilmiah bagi Guru-guru Madrasah Aliyah dan Tsanawiyah se kabupaten Sleman
yang diselenggarakan Pasca sarjana UNY di gedung pascasarjana UNY tanggal 11
Oktober 2014 mengatakan beberapa alasan guru tidak terbiasa menulis.pertama
secara psikologis:Guru merasa tidak percaya diri,takut tulisannya ditertawakan
orang.Merasa malu dianggap pengetahuannya tidak banyak dan dianggap kemampuan
bahasanya kurang baik.selain itu guru kurang termotivasi dan tidak ada niat
untuk maju.kedua secara kemampuan,guru kurang menguasai pengetahuan di bidang keilmuannya
sendiri.Guru tidak mengetahui apa yang seharusnya ditulis.guru kurang menguasai
bahasa untuk membaghasakan ide-idenya.guru kurang memahami model dan teknik
penulisan karya ilmiah.Ketiga,secara ekonomis anggapan guru menulis tidak akan
memengaruhi pendapatan,bahkan tidak menulis juga bisa hidup layak.
Namun demikian, sesuai Kepmenpan No. 84/1993
mau atau tidak
,siap atau tidak bagi guru yang akan
naik pangkat,maka harus membuat karya tulis ilmiah.Guru dari golongan III/b
diwajibkan membuat karya pengembangan profesi minimal 2 untuk bisa naik pangkat
ke golongan III/c. Dari golongan III/c ke III/d minimal 4 angka kredit
pengembangan profesi. Golongan III/d ke IV/a = 6, Golongan IV/a ke IV/b = 8,
IV/b ke IV/c = 10, IV/c ke IV/d = 12, dan IVd ke IV/e =14. Jika peraturan
tersebut telah benar-benar diberlakukan, maka sudah saatnya bagi guru untuk
tidak takut mencoba menulis.
Sesuai kemenpan tersebut,bentuk model
tulisan untuk pengembangan profesi guru berupa kegiatan karya
tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan yang meliputi : karya
ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi di bidang
pendidikan, karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah gagasan sendiri
dalam bidang pendidikan, tulisan ilmiah populer, prasaran dalam pertemuan
ilmiah, buku pelajaran, diktat pelajaran dan karya alih bahasa atau karya
terjemahan. Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan, melliputi
pembuatan alat peraga dan alat bimbingan. Menciptakan Karya Seni meliputi Karya
Seni Sastera, Lukis, Patung, Pertunjukan, Kriya dan sejenisnya. Menemukan
teknologi tepat guna di bidang pendidikan, meliputi teknologi yang bermanfaat
di bidang pembelajaran, seperti alat praktikum, dan alat bantu teknis
pembelajaran. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum, meliputi keikutsertaan
dalam penyusunan standar pendidikan dan pedoman lain yang bertaraf
nasional.Masing-masing kegiatan pengembangan profesi diberikan angka kredit
sesuai Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Kepmenpan) tersebut
Selanjutnya Prof.Burhan
menjelaskan,langkah-langkah menulis.Menentukan ide adalah langkah pertama untuk memulai menulis.Aktifitas menulis dimulai dari munculnya ide tentang
suatu topik tertentu. Ide tersebut bisanya datang tak terduga dan bisa muncul
kapan saja dan dimana saja, seperti saat di rumah, di kamar mandi, di
kendaraan, di depan televisi, saat sedang membaca atau sedang melakukan
kegiatan lainnya. Agar ide tersebut tidak hilang maka sebaiknya begitu muncul
ide tersebut langsung ditulis dalam secarik kertas.kedua memilih ide yang sesuai dengan bidang
keahlian yang dimiliki. Selanjutnya kita perlu meluangkan waktu untuk
mengembangkan ide tersebut menjadi kerangka tulisan.Outline atau
kerangka tulisan ini untuk membantu mengingatkan kita tentang hal hal yang akan dikembangkan agar menjadi
sistematis. Ketiga,kita perlu mengumpulkan bahan untuk mengembangkan outline
tersebut dengan cara membaca buku buku, referen lain atau bertanya kepada ahli
tentang hal yang berkaitan dengan ide yang telah dipilih.Langkah selanjutnya
adalah tahap mengembangkan kerangka ke dalam beberapa paragraf dengan
memperhatikan beberapa hal seperti aspek bentuk dan isi. Kegiatan berikutnya
adalah penyuntingan. Penyuntingan ini dapat dilakukan oleh penulis itu sendiri,
dapat juga dengan minta bantuan orang lain.Proses penyuntingan ini meliputi
beberapa unsur, yaitu: teknis penulisan (sistematika, ejaan, dan tanda baca),
kalimat,paragraf, bahasa, dan isi.
Nah,sudah
saatnya guru mulai beraktivitas menulis.Menulis apa yang ada dalam pikiran
tanpa takut salah dalam bentuk coretan-coretan atau
outline(kerangka).Mengembangkan atau memberikan penjelasan-penjelasan kerangka
menjadi sebuah paragraf atau alinea.Membaca kembali tulisan yang telah
dibuat,kalau perlu berulang-ulang untuk memperbaiki dan membenahi.Jangan lupa
untuk mencoba mengirimkan ke redaksi salah satu majalah ,buletin atau jurnal
untuk dipublikasikan atau minimal minta tolong teman untuk membaca dan menanggapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar