Hindari Kebiasaan Guru dalam Mengajar
Dalam proses belajar
mengajar,guru
sering menemui siswa yang kurang
berkenan. Guru merasa sudah menjelaskan tetapi siswa tidakpaham,disuruh bertanya tidak bertanya,baru
saja selesai dijelaskan tetapi tidak dapat
menjawab soal .Semua
materi sudah disampaikan tetapi mengapa tetap tidak dapat mengerjakan soal
dengan benar. Bahkan setiap ada ulangan atau ujian nilai selalu di bawah
standar ketuntasan yang telah ditetapkan .Akhirnya guru menjadi emosional dan sensitif .,bahkan
sampai mengeluarkan kata-kata kasar.”Dasar memang anak bodoh, mau diajar dengan
cara apapun juga tetap tidak bisa menjawab soal dengan benar’.Mungkin
kalimat-kalimat ini yang sering terucap
guru untuk menanggapi keadaan siswa seperti
di atas.
Seorang guru(yang idak mau disebut namanya) menceritakan kepada
penulis,bahwa sulitnya mengajari siswa menjadi paham materi yang diajarkan.padahal
guru tersebut tidak tergolong guru yang bodoh,ia juga pernah di terima Program
beasiswa S2.”Dasar memang anak
Tulisan ini merupakan rangkuman
dari beberapa pendapat dan beberapa pengalaman, dengan harapan dapat bermanfaat
bagi penulis dan para pembaca dalam rangka upaya meningkatkan proses belajar
mengajar para guru.
Diakui atau tidak ucapan guru seperti di atas akan mempengaruhi siswa.Alangkah
baiknya kita sebagai guru merenung dan berusaha interospeksi diri,mengapa
kadang – kadang kita masih menyalahkan siswa dalam ketidaktahuan kita.Sebagai
tenaga guru yang diharapkan professional dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan
materi pelajaran,guru hendaknya selalu berupaya untuk meningkatkan
profesionalitasnya agar dapat mengantarkan siswa dalam belajarnya.
Berikut
ini beberapa hal yang sebaiknya dihindari oleh guru dalam mengajar,antara lain:
1.Guru kurang menguasi
materi pelajaran.
Guru yang kurang menguasai materi pelajaran dapat menyebabkan penyampaian materi pelajaran kepada anak, kalimatnya sering/menjadi terputus-putus ataupun berbelit-belit yang sehingga anak menjadi bingung dan sukar mencerna apa yang disampaikan oleh guru tersebut.maka wajar saja jika diakhir pelajaran mareka/siswa kewalahan/kesulitan dalam menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diberikan guru. Tentu saja akhirnya nilai yang diperoleh jauh dari apa yang diharapkan.( di bawah nilai standar ketuntasan yang ditentukan )
2. Guru kurang menguasai kelas,
Kondisi dan suasana kelas saat berlangsungnya proses pembelajaran,sangat menentukan keberhasilan proses belajar siswa. Guru yang kurang mampu menguasai kelas,akan mendapat hambatan dalam menyampaikan materi pelajaran, hal ini dapat disebabkan suasana kelas yang tidak menunjang,sehingga membuat anak yang betul-betul ingin belajar menjadi terganggu.dan sebaliknya anak- anak kurang berminat belajarnya semakin senang membuat kegaduhan di kelas.
3. Guru enggan mempergunakan alat peraga dalam mengajar.
Alat peraga sering kurang mendapat perhatian kita,padahal alat tersebut selain dapat membantu menarik minat belajar siswa juga dapat memudahkan siswa dalam belajar.Kebiasaan guru yang tidak mempergunakan alat peraga memaksa anak untuk berpikir verbal sehingga membuat anak sulit dalam memahami pelajaran dan otomatis dalam evaluasi di akhir pelajaran nilai anak menjadi jatuh.
4. Guru kurang mampu memotivasi siswa
Guru yang kurang menguasai materi pelajaran dapat menyebabkan penyampaian materi pelajaran kepada anak, kalimatnya sering/menjadi terputus-putus ataupun berbelit-belit yang sehingga anak menjadi bingung dan sukar mencerna apa yang disampaikan oleh guru tersebut.maka wajar saja jika diakhir pelajaran mareka/siswa kewalahan/kesulitan dalam menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diberikan guru. Tentu saja akhirnya nilai yang diperoleh jauh dari apa yang diharapkan.( di bawah nilai standar ketuntasan yang ditentukan )
2. Guru kurang menguasai kelas,
Kondisi dan suasana kelas saat berlangsungnya proses pembelajaran,sangat menentukan keberhasilan proses belajar siswa. Guru yang kurang mampu menguasai kelas,akan mendapat hambatan dalam menyampaikan materi pelajaran, hal ini dapat disebabkan suasana kelas yang tidak menunjang,sehingga membuat anak yang betul-betul ingin belajar menjadi terganggu.dan sebaliknya anak- anak kurang berminat belajarnya semakin senang membuat kegaduhan di kelas.
3. Guru enggan mempergunakan alat peraga dalam mengajar.
Alat peraga sering kurang mendapat perhatian kita,padahal alat tersebut selain dapat membantu menarik minat belajar siswa juga dapat memudahkan siswa dalam belajar.Kebiasaan guru yang tidak mempergunakan alat peraga memaksa anak untuk berpikir verbal sehingga membuat anak sulit dalam memahami pelajaran dan otomatis dalam evaluasi di akhir pelajaran nilai anak menjadi jatuh.
4. Guru kurang mampu memotivasi siswa
Motivasi mutlak diperlukan
agar siswa dapat tumbuh minat belajarnya.berangkat dari berbagai latar belakang
siswa yang berbeda-beda,bahkan kadang-kadang berangkat dari rumah ke sekolah
kemungkinan siswa sudah membawa berbagai masalah dari rumah. Siswa yang
demikian sangat memerlukan motivasi untuk menumbuhkan minat belajar siswa. Guru
yang kurang mampu memotivasi siswa dalam belajar, dapat mengakibatka anak
kurang menaruh perhatian terhadap materi yang disampaikan oleh guru, sehingga
ilmu yang terkandung di dalam materi yang disampaikan itu berlalu begitu saja
tanpa ada perhatian khusus dari anak didik.
5. Guru kurang menghargai perbedaan
5. Guru kurang menghargai perbedaan
Disadari atau tidak,
kadang-kadang kita lupa bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan belajar yang
berbeda dan memerlukan perhatian yang berbeda-beda. Guru sering menyamaratakan
kemampuan anak di dalam menyerap pelajaran.
Padahal setiap anak didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi pelajaran.Guru sebaiknya menyadari bahwa siswa mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.Guru sebaiknya tanggap bahwa ada anak didiknya yang daya serapnya di bawah rata-rata,da biasanya akan mengalami kesulitan dalam belajar.
6. Guru kurang disiplin dalam mengatur waktu.
Sering terjadi waktu yang tertulis dalam jadwal pelajaran, tidak sesuai dengan waktu yang digunakan untuk praktik pelaksanaannya di kelas.Biasanya waktu untuk memulai pelajaran selalu terlambat, tetapi sebaliknya waktu istirahat dan jam pulang selalu tepat atau tidak pernah terlambat.
7. Guru enggan membuat persiapan mengajar
Padahal setiap anak didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi pelajaran.Guru sebaiknya menyadari bahwa siswa mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.Guru sebaiknya tanggap bahwa ada anak didiknya yang daya serapnya di bawah rata-rata,da biasanya akan mengalami kesulitan dalam belajar.
6. Guru kurang disiplin dalam mengatur waktu.
Sering terjadi waktu yang tertulis dalam jadwal pelajaran, tidak sesuai dengan waktu yang digunakan untuk praktik pelaksanaannya di kelas.Biasanya waktu untuk memulai pelajaran selalu terlambat, tetapi sebaliknya waktu istirahat dan jam pulang selalu tepat atau tidak pernah terlambat.
7. Guru enggan membuat persiapan mengajar
Menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan bagian dari tugas guru. RPP adalah
skenario pembelajaran yang dibuat oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran
dimulai. Dengan RPP guru menjadi lebih
terarah,terprogram dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Namun, selama
ini barangkali masih ada guru yang
menganggap bahwa RPP hanya sebatas sebagai pelengkap administrasi saja, bukan
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran
8. Guru kurang berminat
untuk nemambah atau menimba ilmu
Masih jarang dilakukan
oleh guru untuk membaca buku atau bertukar pikiran dengan rekan guru yang lebih
senior dan profesional guna menambah wawasan khususnya dalam bidang belajar
mengajar.
9. Dalam tes lisan di
akhir pelajaran, guru kurang terampil mengajukan pertanyaan kepada murid,
sehingga murid kurang memahami tentang apa yang dimaksud oleh guru.
10. Guru selalu mengutamakan pencapaian target kurikulum.
10. Guru selalu mengutamakan pencapaian target kurikulum.
Dengan berbagai
alasan,guru kemudian mengambil jalan pintas agar target kutikulum dapat
diselesaikan sehingga materi dapat disampaikan semua sebelum waktu ujian tiba.
11. Guru belum sepenuhnya mengajak siswa untuk berpikir.
11. Guru belum sepenuhnya mengajak siswa untuk berpikir.
Dalam proses belajar mengajar guru belum berusaha mengajak
berpikir kepada siswa,melainkan guru sekedar menyampaikan informasi kepada
siswa.Komunikasi yang terjadi baru satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru
menganggap bahwa bagi siswa menguasai materi pelajaran lebih penting
dibandingkan dengan mengembangkan kemampuan berpikir
13. Guru tidak berusaha mencari umpan balik
Guru masih jarang mencari tahu, mengapa siswa tidak mau
mendengarkan penjelasannya.Sebaliknya guru sering mengkambinghitamkan siswa,ketika
siswa tidak dapat mengikuti proses belajar mengajar karena tidak
memperhatikan/mendengarkan penjelasan guru.
14. Guru merasa paling pandai.
Guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan
menguasai pelajaran dibandingkan dengan siswa adalah suatu anggapan yang tidak
tepat. Sebaliknya siswa dianggap sebagai " tong kosong " yang harus
diisi dengan sesuatu yang dianggapnya sangat penting.
15.Guru masih diskriminasi
terhadap siswa
Guru memili-milih,siswa
yang pandai selalu mendapat perhatian,sering ditanya,sering disapa sedangkan
siswa yang kurang pandai sedikit diperhatikan,sedikit ditanya bahkan diabaikan.
16.Guru tidak pernah
melaksanakan evaluasi
Evaluasi sebagai alat
ukur untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam belajar,Namun demikian guru
kadang merasa enggan/tidak melaksanakan evaluasi.Maka wajar jika siswa tidak
mampu mengerjakan soal-soal pada saat ujian akhir.
Apabila
kelemahan kita ini dapat dihindari
dan berusaha diperbaiki, maka peoses pembelajaran diharapkan akan menjadi lebih bermutu dan muaranya nanti
pada hasil belajar siswa diharapkan dapat
lebih baik. Semoga !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar